Berkunjung ke Australia, tidak lengkap rasanya tanpa mengunjungi Opera House sebagai landmark kota Sydney yang dijuluki pula sebagai kota pelabuhan (harbour city). Saat penulis berada selama sebulan (november-desember 2015) di kota ini, dunia dikejutkan dengan tragedi berdarah di Paris (11/11/2015). Berbagai solidaritas dan simpati berbagai negara dan masyarakat dunia mengalir deras dalam berbagai bentuk dan ungkapan. Termasuk pencahayaan gedung-gedung terkenal di dunia dengan warna biru, putih dan merah. Ketiga warna itu adalah warna dari bendera Perancis sebagai makna simbolik dan simpatik terhadap korban berdarah dalam serangan bersenjata di Paris (Paris Attact).
Sydney Opera House juga memancarkan cahaya bendera Perancis di malam hari sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan tersebut. Apalagi dalam tragedi Paris, salah satu dari korban luka merupakan wanita Australia berusia 19 tahun, Ema Grace Parkinson. Pesan simbolik melalui pencahayaan gedung, bukanlah pertama kali dilakukan pengelola Sydney Opera House. Berbagai peringatan acara besar, konser, dan peristiwa lainnya juga dimeriahi dengan pencahayaan teknologi LED 3 (tiga) dimensi.
Sebagai salah satu situs warisan dunia UNESCO, Opera House memiliki keunikan, bukan hanya dari arsitektur khasnya yang berbentuk kerang atau layar-layar kapal pesiar (yatch) yang berlabuh. Namun, gedung ini sekaligus menjadi pusat kebudayaan bagi para seniman di negara ini, baik seni pertunjukan teater, tari dan lainnya. Di samping itu, gedung yang didesain oleh John Utzon asal Denmark ini, juga telah menjadi magnit yang menarik jutaan pelancong mancanegara untuk mengunjungi kota Sydney, Australia. Infrastruktur wisata di kota Sydney sangat lengkap. Di sekitar pelabuhan kota, dilengkapi dengan aneka fasilitas dan destinasi wisata lainnya yang ditawarkan kepada para pengunjung. Mulai dari Sydney Harbour Bridge, The Darling Harbour, the Sydney Tower, Australian National Maritime Museum, Sydney Sealife Aquarium, sampai wisata Whale Watching, yaitu berlayar ke sebuah kawasan laut untuk menyaksikan habitat ikan Paus dari atas kapal dengan harga tiket sebesar 65 dollar Australia.
Berdirinya Opera House dan berbagi ikon atau destinasi wisata di wilayah ini merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk menjadikan kota Sydney sebagai representasi komoderenan Australia. Pemerintah kota Sydney, telah lama menyusun visi kota sampai 2030 sebagai kota hijau, global dan terhubung (green, global and connected). Dalam menggapai keberlanjutan Sydney 2030 (sustainable Sydney), pemerintah setempat telah menyusun rencana strategis kota dengan keterlibatan masyarakat (community engagement) dan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk secara bersama merancang dan menginformasikan perencanaan dan implementasi visi kota tersebut dalam 10 arah strategis. Pertama, menjadi kota yang inovatif dan kompetitif secara global. Kedua, menjadi kota penggerak pelestarian lingkungan hidup terkemuka. Ketiga, membangun transportasi yang terintegrasi untuk sebuah kota yang terhubung. Keempat, menjadi kota bagi para pejalan kaki (pedestarian) dan pembawa sepeda (cyclist). Kelima, menjadi pusat kota yang selalu semarak dan atraktif. Keenam, menjadi kota yang kuat bagi ekonomi dan masyarakat atau komunitas lokal. Ketujuh, menjadi kota budaya dan kreatif. Kedelapan, membangun perumahan bagi berbagai kelompok masyarakat. Kesembilan, menjadi kota yang memiliki rancangan pembangunan dan pembaharuan yang berkelanjutan. Kesepuluh, melaksanakan pemerintahan kota yang efektif dan terjalinnya kemitraan.
Pendekatan pemerintah pada keterlibatan masyarakat dalam membangun visi kota Sydney yang berkelanjutan, juga dibarengi dengan 4 (empat) prinsip, yaitu integritas, keterbukaan, dialog dan membangun. Dengan adanya keempat prinsip tersebut, pemerintah kota Sydney berkomitmen untuk memastikan bahwa keterlibatan tersebut tepat waktu, dapat diakses, terencana dan bermakna. Pemerintah kota juga melakukan aktifitas pelibatan masyarakat dalam mengatasi berbagai rintangan partisipasi publik dan membangun kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi dalam membuat kebijakan. Di samping itu, pemerintah kota juga memberikan tanggapan atau umpan balik kepada masyarakat atas kotribusi dari keterlibatan mereka. Termasuk melakukan penalaahan dan evaluasi secara bersama-sama dengan masyarakat tentang efektifitas strategi-strategi keterlibatan tersebut.
Visi kota Sydney dan implementasinya melalui rencana strategis dan prinsip-prinsip yang disebutkan di atas, secara nyata telah penulis rasakan manakala hadir di tengah-tengah kota ini dan berinteraksi dengan beberapa kelompok atau komunitas masyarakat. Pemerintah kota ini sangat siap menanti kedatangan berbagai imigran yang berdatangan dari berbagai negara dengan berbagai karakteristik identitas dan kebudayaan bawaan. Semua imigran yang mengelompok menjadi komunitas, diberikan ruang untuk berpartisipasi dalam proses perumusan kebijakan. Hal ini bertujuan untuk memastikan segala arah kebijakan tersebut bermanfaat bagi komunitas tersebut. Pelibatan berbagai komunitas di wilayah ini juga bertujuan untuk memperkuat dasar pemahaman dan bekerja secara bersama-sama untuk membangun kota, sehingga akan tercapai keberlanjutan kota Sydney 2030.
Kesuksesan kota Sydney dalam visi dan rencana strategis yang dibuat pemerintah setempat, dapat dijadikan masukan sekaligus pelajaran bagi pemerintah di Indonesia, baik di tingkat provinsi, kotamadya, maupun kabupaten. Pertama, visi kota sangatlah penting dirumuskan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga visi kota adalah visi bersama, tidak mengenal siapa yang memimpin dan waktu kepemimpinannya. Kedua, visi kota harus dijabarkan dalam rancangan strategis yang juga melibatkan berbagai komponen masyarakat, sehingga capaian visi tersebut dapat dilaksanakan. Ketiga, membangun landmark atau ikon kota sangatlah penting bagi kekhasan sebuah kota, karena bangunan tersebut menjadi simbolisasi peradaban sebuah wilayah. Seperti halnya Opera House yang menjadi simbol komoderenan Australia.